Kapolri Keenambelas [ 23 September 2000 - 28 November 2001 ]
Suroyo Bimantoro lahir di Gombong, Kebumen Jawa Tengah pada 3 November 1964 sebagai anak kedua dari Sembilan bersaudara. Bimantoro menempuh pendidikan dasar di Banjarnegara (Banyumas) dari tahun 1953-1959. Sejak kecil Bimantoro dikenal oleh kawan-kawannya sebagai teman yang gemar belajar, oleh karena itu pada saat ujian akhir sekolah dasar ia meraih rangking II dari sekolahnya. Setelah lulus sekolah dasar, Bimantoro melanjutkan ke SLTP pada tahun
1959-1962. Pada ujian akhir sewaktu SLTP Bimantoro berhasil meraih rangking pertama untuk seluruh SMP di Gombong. Selanjutnya ia meneruskan jenjang pendidikannya ketingkat SLTA (SMA VI) di Yogyakarta. Selepas SMA, ia mengikuti tes di Kedokteran UI dan Teknik Kimia UGM. Namun karena ayahnya meninggal pada 29 Agustus 1965 maka dengan terpaksa panggilan dari dua universitas tersebut ditolaknya. Hal ini terjadi karena ia sadar bahwa biaya kuliah dan kost tidak mungkin dipenuhinya. Setelah menganggur selama satu tahun ia kemudian mendaftar ke Akademi Kepolisian Semarang. Yang menjadi motivasinya mendaftara adalah sekolah itu tidak memungut biaya dan setelah lulus akan diangkat menjadi Inspektur Dua (Perwira). Ia lulus dari Akademi Kepolisian pada tahun 1970 pada peringkat ke-8 dan masuk kategori The Big Ten. Karena sejak awal Bimantoro menjalin hubungan yang luas dengan para mahasiswa dari akademi lain dalam sebuah wadah Akabri. Maka saat menjabat, ia menegaskan pentingnya untuk meningkatkan koordinasi dengan semua unsur TNI dalam upaya menghilangkan kecurigaan diantara para pasukan. Dengan kerjasama dan koordinasi yang erat antara Polri, TNI dan instansi sipil khususnya penegak hukum, ia ingin menembus sekat informasi yang selama ini sering menimbulkan kecurigaan. Bimantoro kemudian melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Ia lulus pada tahun 1977 dengan prestasi rangking 1. Dalam bidang kemahasiswaan Bimantoro menjabat Wakil Ketua Senat PTIK Angkatan XIII/WASPADA. Semasa menjadi siswa Sespimpol mendapatkan pendidikan manajerial tertinggi untuk matra kepolisian. Pada akhir pendidikan Bimantoro meraih peringkat pertama bidang intelektual. Semasa tugas di Sekolah Staf dan Komando ABRI Gabungan (Seskogab) tahun 1933, ia belajar dengan tekun sehingga mendaptkan peringkat 6 atau sepuluh besar. Sama seperti saat di Sespimpol, di Seskogab ia menjabat sebagai Wakil Ketua senat. Bimantoro juga mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus Internasional X Interpol di Taormina (Italia) pada tahun 1933. Jabatan-jabatan yang pernah diemban Bimantoro sebelum menjadi Kaporli diantaranya: Kapolres Jakarta Utara (1985), Kepala Polres Jakarta Barat (1986), Pasdep Fal Juang Sespim Polri (1987-1989), Gadik Utama di Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) tahun 1990, Sekretaris Pribadi Kapolri (1991), Kapolwil Kota Besar Surabaya (1993), Wakil Kapolda Nusa Tenggara (1996), Kapolda Bali pada 15 Juli 1997. Pada 1 Mei 1998 diangkat sebagai asisten Operasi Kapolri sampai awal tahun 2000, tahun 2000 Bimantoro diangkat menjadi Waka Polri, dan kemudian diangkat sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Drs. KHP Rusdihardjo untuk menangkap pelaku pemboman BEJ dan kasus Atambua.
1959-1962. Pada ujian akhir sewaktu SLTP Bimantoro berhasil meraih rangking pertama untuk seluruh SMP di Gombong. Selanjutnya ia meneruskan jenjang pendidikannya ketingkat SLTA (SMA VI) di Yogyakarta. Selepas SMA, ia mengikuti tes di Kedokteran UI dan Teknik Kimia UGM. Namun karena ayahnya meninggal pada 29 Agustus 1965 maka dengan terpaksa panggilan dari dua universitas tersebut ditolaknya. Hal ini terjadi karena ia sadar bahwa biaya kuliah dan kost tidak mungkin dipenuhinya. Setelah menganggur selama satu tahun ia kemudian mendaftar ke Akademi Kepolisian Semarang. Yang menjadi motivasinya mendaftara adalah sekolah itu tidak memungut biaya dan setelah lulus akan diangkat menjadi Inspektur Dua (Perwira). Ia lulus dari Akademi Kepolisian pada tahun 1970 pada peringkat ke-8 dan masuk kategori The Big Ten. Karena sejak awal Bimantoro menjalin hubungan yang luas dengan para mahasiswa dari akademi lain dalam sebuah wadah Akabri. Maka saat menjabat, ia menegaskan pentingnya untuk meningkatkan koordinasi dengan semua unsur TNI dalam upaya menghilangkan kecurigaan diantara para pasukan. Dengan kerjasama dan koordinasi yang erat antara Polri, TNI dan instansi sipil khususnya penegak hukum, ia ingin menembus sekat informasi yang selama ini sering menimbulkan kecurigaan. Bimantoro kemudian melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Ia lulus pada tahun 1977 dengan prestasi rangking 1. Dalam bidang kemahasiswaan Bimantoro menjabat Wakil Ketua Senat PTIK Angkatan XIII/WASPADA. Semasa menjadi siswa Sespimpol mendapatkan pendidikan manajerial tertinggi untuk matra kepolisian. Pada akhir pendidikan Bimantoro meraih peringkat pertama bidang intelektual. Semasa tugas di Sekolah Staf dan Komando ABRI Gabungan (Seskogab) tahun 1933, ia belajar dengan tekun sehingga mendaptkan peringkat 6 atau sepuluh besar. Sama seperti saat di Sespimpol, di Seskogab ia menjabat sebagai Wakil Ketua senat. Bimantoro juga mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus Internasional X Interpol di Taormina (Italia) pada tahun 1933. Jabatan-jabatan yang pernah diemban Bimantoro sebelum menjadi Kaporli diantaranya: Kapolres Jakarta Utara (1985), Kepala Polres Jakarta Barat (1986), Pasdep Fal Juang Sespim Polri (1987-1989), Gadik Utama di Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) tahun 1990, Sekretaris Pribadi Kapolri (1991), Kapolwil Kota Besar Surabaya (1993), Wakil Kapolda Nusa Tenggara (1996), Kapolda Bali pada 15 Juli 1997. Pada 1 Mei 1998 diangkat sebagai asisten Operasi Kapolri sampai awal tahun 2000, tahun 2000 Bimantoro diangkat menjadi Waka Polri, dan kemudian diangkat sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Drs. KHP Rusdihardjo untuk menangkap pelaku pemboman BEJ dan kasus Atambua.
Jenderal Polisi Drs. R. Suroyo Bimantoro diangkat sebagai Kapolri pada tanggal 23 September 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Sesuai dengan kesepakatan Presiden dengan Ketua DPR (Akbar Tanjung), pengankatan Bimantoro menjadi Kapolri dilakukan setelah DPR mengadakan rapat pimpinan DPR tentang penggantian Kapolri. Beberapa waktu setelah diangkat Kapolri langsung mengumumkan polisi telah mengetahui detail kelompok yang selama ini melakukan terror bom. Namun Kapolri belum bersedia merinci kelompok mana yang melakukan terror tersebut demi suksesnya penyelidikan. Ia menambahkan pihaknya juga akan meningkatkan kerjasama dengan lembaga inteligen seperti BAKIN (Badan Koordinasi Inteligen) dan BIA (Badan Inteligen ABRI). Dengan koordinasi dan saling proaktif Bimantoro menegaskan akan segera mematahkan jalur distribusi bahan peledak, senjata api dan lain-lainnya. Ditambah dengan kerjasama Interpol dan FBI akhirnya Polri berhasil menangkap25 tersangka pengeboman, termasuk kasus bom di BEJ.
Sumber, http://www.museum.polri.go.id