Kapolri Keduabelas [ 6 April 1993 - 14 Maret 1996 ]
Banurusman lahir pada tanggal 28 September 1941 di Desa Cibeuti, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Kota Tasikmalaya, dari pasangan suami isteri Abdul Wahid Astrosemitro dan Hj. Siti Maryam Abdul Wahid. Keluarga Banurusman adalah potret keluarga polisi yang sederhana. Ayah Banurusman adalah seorang anggota Polri yang berasal dari kota Bangkalan, Madura. Sebagai keluarga polisi Abdul Wahid sudah pasti menerapkan serta menanamkan nilai-nilai disiplin yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain nilai-nilai disiplin, Banurusman juga mendapat dasar-dasar ilmu agama dari pesantren yang banyak terdapat dilingkungan sekitarnya di kota Tasikmalaya. Gemblengan ilmu agama di pesantren tersebut sangat kuat dalam kehidupan pribadi banurusman ataupun keluarga.
Hal itu menjadikannya dikenal banyak kalangan sebagai salah satu sosok jendral polisi yang sangat agamis, yang tidak pernah lepas dari kewajibannya dalam menjalankan shalat lima waktu. Selain itu, kebiasaan di masa menjadi santri di pesantren yang sampai sekarang masih sering dilakukan adalah kebiasaan menjalankan puasa senin-kamis.Banurusman mulai memasuki masa sekolah tepatnya pada tahun 1947. Jenjang pendidikan dasar yang dijalani pertama kali olehnya adalah jenjang sekulah rakyat (SR), SMP Negeri 1 Tasikmalaya, dan kemudian menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Tasikmalaya dengan mengambil jurusan kelas “B” (Ilmu Pasti). Sebelum masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Banurusman sempat menjadi mahasiswa di Universitas Pajajaran, Fakultas Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam (FIPPA) jurusan biologi selama empat bulan. Pengumuman mengenai PTIK yang mencari pemuda-pemudi tamatan SMA “B” untuk dididik menjadi perwira polisi, telah membuat Banurusman meninggalkan Universitas Pajajaran dan kemudian mendaftar menjadi calon polisi. Banurusman mulai masuk didinas kepolisian dengan mengikuti serangkaian pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan tamat Sarjana Muda dengan pangkat Letnan Satu Polisi (Letupol) pada Bulan Februari tahun 1965. Banurusman memulai karir di kepolisian sejak lulus pendidikan karyawan Brimob (Brigade Mobil) di pusat pendidikan Brigade Mobil Watukosek, Porong, Provinsi Jawa Timur pada tahun 1963, yakni sebagai Kepala Seksi (Kasi) II Batalion 935 Pare-pare hingga tahun 1967 sebagai komandan kompi B (Danki) Batalion 935 Brimob di tempat yang sama. Dari Pare-pare, kemudian pada tahun 1967 Banurusman hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan karirnya dengan melanjutkan studinya di PTOK. Setelah 3 tahun berlalu, Banurusman menyelesaikan studinya di PTIK tingkat doktoral dan bergelar Doktorandus Ilmu Kepolisian (Drs.) di depan namanya, dan tamat dari PTIK pada tahun 1970. Pada tanggal 19 Juli 1970, Banurusman menikahi kekasihnya seorang gadia asal Kalimantan Timur, Nona Mastiar, dan dari pernikahannya ini Banurusman dianugerahi tiga orang anak. Dalam membina keluarganya, Banurusman yang memang dasarnya seorang santri, selalu menyelaraskan pendidikan umum dengan pengetahuan agama, khususnya terhadap anak-anaknya. Menurut pria yang beristrikan seorang mantan Polisi Wanita (Polwan) ini, pendidikan yang tinggi tanpa didasari agama yang kuat akan sia-sia ilmunya tersebut. Setamatnya dari PTIK, Banurusman ditugaskan di Polda Metro Jaya sebagai Intelejen Zeni untuk membantu kepala seksi (Kasi) PKN, disini peran intelejen sangat vital sekali dalam upaya membersihkan Gerakan 30 September, Ia pun ikut aktif mengawasi orang asing (WNA) serta gerakan-gerakan organisasi massa (ormas) yang berfusi untuk menghadapi pemilu pada tahun 1971. Pada tahun-tahun selanjutnya, karir Banurusman semakin cemerlang dan menanjak, hal tersebut selain ditunjang oleh pendidikan formalnya di PTIK juga dari berbagai kursus yang diikutinya baik di lingkungan kepolisian maupun lingkungan ABRI pada saat itu. Tahun 1974 hingga tahun 1975, Banurusman sempat ditunjuk sebagai sekretaris pribadi Kepala Staf Umum Departemen Pertahanan dan Keamanan (Spri Kasum Dephankam). Pada tahun 1976 hingga 1977 Ia menjabat sebagai Kepala Bagian (Kabag) samapta komando Antar Resort (Komtarres) Malang setelah selesai mengikuti sekolah staf dan komando ABRI bagian kepolisian Sus Reg II (Sesko ABRI bagian Kepolisian Kursus Reguler Agk ke-2) di Bandung. Pada tahun berikutnya Ia menjadi Kapolres Banyuwangi selama hampir kurang dua tahun, kemudian menjabat kepala seksi (Kasi) Interpam di Polda JawaTimur selama sembilan bulan. Banurusman kemudian dipindahkan ke Polda Sulawesi Selatan dan tenggara (Sulselra) di Ujung Pandang dengan jabatan Asisten Inteijen hingga tahun 1982, dari sana Banurusman kembali lagi ke Jawa Barat, dengan jabatan barunnya sebagai AS Intel Polda Jawa Barat yang di pegangnya selama dua tahun.
Hal itu menjadikannya dikenal banyak kalangan sebagai salah satu sosok jendral polisi yang sangat agamis, yang tidak pernah lepas dari kewajibannya dalam menjalankan shalat lima waktu. Selain itu, kebiasaan di masa menjadi santri di pesantren yang sampai sekarang masih sering dilakukan adalah kebiasaan menjalankan puasa senin-kamis.Banurusman mulai memasuki masa sekolah tepatnya pada tahun 1947. Jenjang pendidikan dasar yang dijalani pertama kali olehnya adalah jenjang sekulah rakyat (SR), SMP Negeri 1 Tasikmalaya, dan kemudian menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Tasikmalaya dengan mengambil jurusan kelas “B” (Ilmu Pasti). Sebelum masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Banurusman sempat menjadi mahasiswa di Universitas Pajajaran, Fakultas Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam (FIPPA) jurusan biologi selama empat bulan. Pengumuman mengenai PTIK yang mencari pemuda-pemudi tamatan SMA “B” untuk dididik menjadi perwira polisi, telah membuat Banurusman meninggalkan Universitas Pajajaran dan kemudian mendaftar menjadi calon polisi. Banurusman mulai masuk didinas kepolisian dengan mengikuti serangkaian pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan tamat Sarjana Muda dengan pangkat Letnan Satu Polisi (Letupol) pada Bulan Februari tahun 1965. Banurusman memulai karir di kepolisian sejak lulus pendidikan karyawan Brimob (Brigade Mobil) di pusat pendidikan Brigade Mobil Watukosek, Porong, Provinsi Jawa Timur pada tahun 1963, yakni sebagai Kepala Seksi (Kasi) II Batalion 935 Pare-pare hingga tahun 1967 sebagai komandan kompi B (Danki) Batalion 935 Brimob di tempat yang sama. Dari Pare-pare, kemudian pada tahun 1967 Banurusman hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan karirnya dengan melanjutkan studinya di PTOK. Setelah 3 tahun berlalu, Banurusman menyelesaikan studinya di PTIK tingkat doktoral dan bergelar Doktorandus Ilmu Kepolisian (Drs.) di depan namanya, dan tamat dari PTIK pada tahun 1970. Pada tanggal 19 Juli 1970, Banurusman menikahi kekasihnya seorang gadia asal Kalimantan Timur, Nona Mastiar, dan dari pernikahannya ini Banurusman dianugerahi tiga orang anak. Dalam membina keluarganya, Banurusman yang memang dasarnya seorang santri, selalu menyelaraskan pendidikan umum dengan pengetahuan agama, khususnya terhadap anak-anaknya. Menurut pria yang beristrikan seorang mantan Polisi Wanita (Polwan) ini, pendidikan yang tinggi tanpa didasari agama yang kuat akan sia-sia ilmunya tersebut. Setamatnya dari PTIK, Banurusman ditugaskan di Polda Metro Jaya sebagai Intelejen Zeni untuk membantu kepala seksi (Kasi) PKN, disini peran intelejen sangat vital sekali dalam upaya membersihkan Gerakan 30 September, Ia pun ikut aktif mengawasi orang asing (WNA) serta gerakan-gerakan organisasi massa (ormas) yang berfusi untuk menghadapi pemilu pada tahun 1971. Pada tahun-tahun selanjutnya, karir Banurusman semakin cemerlang dan menanjak, hal tersebut selain ditunjang oleh pendidikan formalnya di PTIK juga dari berbagai kursus yang diikutinya baik di lingkungan kepolisian maupun lingkungan ABRI pada saat itu. Tahun 1974 hingga tahun 1975, Banurusman sempat ditunjuk sebagai sekretaris pribadi Kepala Staf Umum Departemen Pertahanan dan Keamanan (Spri Kasum Dephankam). Pada tahun 1976 hingga 1977 Ia menjabat sebagai Kepala Bagian (Kabag) samapta komando Antar Resort (Komtarres) Malang setelah selesai mengikuti sekolah staf dan komando ABRI bagian kepolisian Sus Reg II (Sesko ABRI bagian Kepolisian Kursus Reguler Agk ke-2) di Bandung. Pada tahun berikutnya Ia menjadi Kapolres Banyuwangi selama hampir kurang dua tahun, kemudian menjabat kepala seksi (Kasi) Interpam di Polda JawaTimur selama sembilan bulan. Banurusman kemudian dipindahkan ke Polda Sulawesi Selatan dan tenggara (Sulselra) di Ujung Pandang dengan jabatan Asisten Inteijen hingga tahun 1982, dari sana Banurusman kembali lagi ke Jawa Barat, dengan jabatan barunnya sebagai AS Intel Polda Jawa Barat yang di pegangnya selama dua tahun.
Tahun 1985 hingga tahun 1986, Banurusman menduduki jabatan sebagai Kepala Polisi Wilayah (Kapolwil) Banten. Dari Banten, Ia ditugaskan kembali sebagai Kapolwil Cirebon. Kendati hanya 10 bulan Banurusman menjabat sebagai Kapolwil Cirebon, Ia sempat membuat prestasi yang sangat gemilang dengan mampu menggulung kelompok pelaku pencurian dengan kekerasan (curas) yang terjadi di Pom Bensin Tuparev.
Sumber, http://www.museum.polri.go.id