Kapolri Ketujuhbelas [ 29 November 2001 - 7 Juli 2005 ]
Da’i Bachtiar lahir di Kabupaten Indramayu pada tanggal 25 Januari 1950. Kehidupan desa yang masih kental dengan sifat kekeluargaan dan gotong royong membentuk kepribadiannya. Keluarga Da’i Bachtiar termasuk disegani dan dihormati didaerahnya bukan karena mengandalkan pangkat yang tinggi serta kekayaan yang melimpah ruah, melainkan didikan budi pekerti luhur, sikap tolong menolong, rasa tanggung jawab, dan kepedulian
social yang membuat orang tuanya mendapat penghormatan. Da’i Bachtiar bersekolah disekolah rakyat yang dulu setingkat dengan sekolah dasar masa sekarang dan berhasil lulus pada tahun 1962. Ia kemudian menamatkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) pada tahun 1965. Selanjutnya Da’i Bachtiar berhasil merampungkan pendidikan di SMA pada tahun 1968 dengan nilai yang sangat memuaskan. Ayah serta ibunya juga mendukung setiap hobi anaknya, salah satunya adalah hobi Da’i Bachtiar dalam berolahraga. Sehingga tidak mengejutkan jika ia memperoleh prestasi cemerlang dalam bidang olahraga. Kadang-kadang ia bersama teman-temannya turut dalam perkumpulan kesenian. Setelah tamat dari SLTA Da’i Bachtiar kemudian menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol). Ia lulus dari Akpol pada tahun 1972 dan kemudian bertugas di jajaran kepolisian sebagai pelaksana lapangan seperti kebanyakan polisi lainnya. Da’i Bachtiar memperoleh pangkat letnan dua pada tanggal 1 Desember 1972. Tugas pertamanya adalah sebagai inspektur Dinas Polres Grobogan Kodak IX Jawa Tengah pada tahun 1973. Setahun kemudian ia menjadi Kasi Sabhara/Lantas Polres Grobogan dan dalam tahun yang sama mendapat promosi sebagai Kabag Operasi Polres Grobogan sampai sekitar tahun 1983. Setelah itu ia dipromosikan menjadi Perwira Pengawas Departemen/Instruktur di Akademi Kepolisian. Tugas berikutnya ia ditunjuk sebagai Komandan Batalion Taruna Akademi Kepolisian sampai sekitar tahun 1987. Dalam tahun itu, Da’i Bachtiar mendapat promosi besar menjadi Kapolres Pati dengan pangkat Lentan Kolonel Polisi. Dua tahun bertugas di Blora, Da’i Bachtiar dimutasi sebagai Kapolres Boyolali, Polwil Surakarta, Polda Jateng dan berikutnya menjadi Kapolres Klaten sampai tahun 1992. Dari Kabupaten Klaten, Da’i Bachtiar dipromosikan sebagai Sesdit Serse Polda Jatim. Beberapa bulan kemudian, ia menjabat sebagi Kapoltabes Ujung Pandang, Polda Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra). Disinilah Da’i Bachtiar memperoleh pangkat Kolonel Polisi. Pada tahun 1994 dimutasi Kapolda Nusa Tenggara (Nusra) sebagai kepala Direktorat Reserse (Kadit Reserse) Polda Nusra. Tahun 1996, ia ditugaskan sebagi Wakapolda Sulawesi Tenggara lalu dipanggil ke Mabes Polri sebagai tenaga ahli Tingkat II Staf Ahli Kapolri bidang sosial politik. Karier Da’i Bachtiar menanjak terus sehingga memperoleh pangkat Brigadir Jenderal Polisi pada 1 Maret 1997 dan dipromosikan sebagai Kadispen Polri. Namun diposisi ini Da’i Bachtiar hanya beberapa bulan saja karena selanjutnya dipromosikan sebagai Komandan Korps Reserse Polri dan memperoleh kenaikan pangkat Mayor Jenderal Polisi berbintang dua, ia pun kemudian memperoleh posisi strategis sebagai Wakapolda Jawa Timur dan Gubernur Akademi Kepolisian. Tanggal 1 Agustus 2001 ia memperoleh pangkat Komisaris Jenderal Polisi sebagai Kalakhar BKNN.
social yang membuat orang tuanya mendapat penghormatan. Da’i Bachtiar bersekolah disekolah rakyat yang dulu setingkat dengan sekolah dasar masa sekarang dan berhasil lulus pada tahun 1962. Ia kemudian menamatkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) pada tahun 1965. Selanjutnya Da’i Bachtiar berhasil merampungkan pendidikan di SMA pada tahun 1968 dengan nilai yang sangat memuaskan. Ayah serta ibunya juga mendukung setiap hobi anaknya, salah satunya adalah hobi Da’i Bachtiar dalam berolahraga. Sehingga tidak mengejutkan jika ia memperoleh prestasi cemerlang dalam bidang olahraga. Kadang-kadang ia bersama teman-temannya turut dalam perkumpulan kesenian. Setelah tamat dari SLTA Da’i Bachtiar kemudian menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol). Ia lulus dari Akpol pada tahun 1972 dan kemudian bertugas di jajaran kepolisian sebagai pelaksana lapangan seperti kebanyakan polisi lainnya. Da’i Bachtiar memperoleh pangkat letnan dua pada tanggal 1 Desember 1972. Tugas pertamanya adalah sebagai inspektur Dinas Polres Grobogan Kodak IX Jawa Tengah pada tahun 1973. Setahun kemudian ia menjadi Kasi Sabhara/Lantas Polres Grobogan dan dalam tahun yang sama mendapat promosi sebagai Kabag Operasi Polres Grobogan sampai sekitar tahun 1983. Setelah itu ia dipromosikan menjadi Perwira Pengawas Departemen/Instruktur di Akademi Kepolisian. Tugas berikutnya ia ditunjuk sebagai Komandan Batalion Taruna Akademi Kepolisian sampai sekitar tahun 1987. Dalam tahun itu, Da’i Bachtiar mendapat promosi besar menjadi Kapolres Pati dengan pangkat Lentan Kolonel Polisi. Dua tahun bertugas di Blora, Da’i Bachtiar dimutasi sebagai Kapolres Boyolali, Polwil Surakarta, Polda Jateng dan berikutnya menjadi Kapolres Klaten sampai tahun 1992. Dari Kabupaten Klaten, Da’i Bachtiar dipromosikan sebagai Sesdit Serse Polda Jatim. Beberapa bulan kemudian, ia menjabat sebagi Kapoltabes Ujung Pandang, Polda Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra). Disinilah Da’i Bachtiar memperoleh pangkat Kolonel Polisi. Pada tahun 1994 dimutasi Kapolda Nusa Tenggara (Nusra) sebagai kepala Direktorat Reserse (Kadit Reserse) Polda Nusra. Tahun 1996, ia ditugaskan sebagi Wakapolda Sulawesi Tenggara lalu dipanggil ke Mabes Polri sebagai tenaga ahli Tingkat II Staf Ahli Kapolri bidang sosial politik. Karier Da’i Bachtiar menanjak terus sehingga memperoleh pangkat Brigadir Jenderal Polisi pada 1 Maret 1997 dan dipromosikan sebagai Kadispen Polri. Namun diposisi ini Da’i Bachtiar hanya beberapa bulan saja karena selanjutnya dipromosikan sebagai Komandan Korps Reserse Polri dan memperoleh kenaikan pangkat Mayor Jenderal Polisi berbintang dua, ia pun kemudian memperoleh posisi strategis sebagai Wakapolda Jawa Timur dan Gubernur Akademi Kepolisian. Tanggal 1 Agustus 2001 ia memperoleh pangkat Komisaris Jenderal Polisi sebagai Kalakhar BKNN.
Berkat ketekunan, kegigihan, dan keuletannya dalam menggapai cita-cita, Karier Da’i Bachtiar terus bersinar terang. Presiden Megawati Soekarno Putri kemudian mengajukan nama Komisaris Jenderal Polisi Drs. Da’i Bachtiar sebagai satu-satunya calon Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Drs. Suroyo Bimantoro yang akan segera pensiun. Kamis 22 November 2001 nama Komisaris Jenderal Polisi Da’i Bachtiar mulai dibahas di DPR dalam rapat Badan Musyawarah. Pada senin 26 November 2001 seluruh fraksi yang tergabung dalam Komisi I dan Komisi II DPR secara aklamasi menyetujui pencalonan Komisaris Jenderal Polisi Da’i Bachtiar sebagai Kapolri oleh Presiden. Namun persetujuan itu masih akan dilaporkan lagi kepada Badan Musyawarah (Bamus) DPR untung diagendakan dalam Sidang Paripurna DPR. Selanjutnya pada hari kamis 29 November 2001 dalam Sidang Paripurna DPR yang dihadiri 259 anggota, disahkanlah persetujuan pengangkatan Komisaris Jenderal Polisi Da’i Bachtiar sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Suroyo Bimantoro. Seusai Pelantikan DPR meminta Kapolri yang terpilih untuk memprioritaskan tugas-tugas pokoknya pada pemberantasan perjudian, menuntaskan kasus 27 Juli 1996 (kasus dimana sekelompok orang yang memakai atribut PDI menyerang kantor DPP PDI kubu Megawati) dan memberantas narkoba.
Sumber, http://www.museum.polri.go.id