Awaloedin Djamin

Kapolri Kedelapan   [ 26 September 1978 - 3 Desember 1982 ]

"... Bila sekarang ada satu Bung Hatta dan satu Sutan Syahrir, di masa yang akan dating akan ada beratus-ratus Hatta dan beribu-ribu Syahrir."
(Awaloedin Djamin)
Awaloedin Djamin menghabiskan masa kecil dan sekolah dasar hingga menengah atasnya di kota Padang. Awaloedin adalah sosok yang cukup punya banyak kelebihan. Selain sebagai polisi yang piawai, ia juga adalah politisi yang handal dan akademisi yang briliant. Ia lahir dari keluarga bangsawan di Padang pada 26 September 1927. Sehabis meyelesaikan pendidikan setingkat SMA di Padang, ia melanjutkan studinya di Universitas Indonesia, Jakarta (1949-1950) Putra pertama Marah Djamin ini lantas masuk PTIK yang ditamatkannya pada tahun 1955. Fokus pemikiran dan kerjanya saat menjabat sebagai Kapolri adalah pembenahan menyeluruh (Overall reform) untuk meningkatkan citra dan wibawa Polri di mata masyarakat. Ia melakukanya dengan kebijakan terpadu yang dikenal dengan “Program Pembenahan dan Peningkatan Citra Diri”.
Pada masa Awaloedin Djamin menjabat sebagai Kapolri ini, ia telah meletakkan dasar bagi organisasi Kepolisian modern. Tiga kebijaksanaannya semasa Kapolri yang patut dicatat dalam sejarah adalah pembenahan organisasi, pendidikan kepolisian dan kerja sama luar negeri. Pada masa jabatannya ini, ia dan jawatan polisi lainnya terlibat aktif dan menyuumbangkan banyak hal untuk lahirnya KUHAP, UU No. 8, Tahun 1981 baru yang disahkan oleh DPR RI. Awaloedin adalah orang yang low profile dan juga objektif. Hal ini terlihat dengan pengakuannya sendiri ketika di masa akhir jabatannya bahwa masih banyak kelemahan dalam tubuh Polri Meskipun sesungguhnya program oferall reformnya sungguh sangat berguna dan dampak dari perubahan itu telah dirasakan seluruh jajaran polisi di seluruh wilayah negara RI. Awaloedin Djamin telah menerima banyak penghargaan dan tanda jasa dari dalam mau pun luar negeri. Ia adalah juga seorang Polisi yang mencintai buku. Ii terlihat dalam masa jabatannya sebagai Kapolri juga ketika ia menekankan pentingnya seluruh anggota Polri memahami sejarah Polri. Ia memprakarsai penulisan buku biografi pemimpin Polisi RI yang pertama R.S. Soekanto dan memperjuangkan pengukuhan beliau sebagai Bapak Polisi Indonesia. Kerja Awaloedin Djamin dalam bidang buku antara lain merevisi Sejarah Kepolisian di Indonesia yang terbit tahun 1997, menjadi buku Sejarah Perkembagan Kepolisian di Indonesia dari Zaman Kuno sampai Sekarang., dan terbit tahun 2006. Masa pensiunnya sebagai Polisi tidak berlangsung lama. Ia pensiun dalam unur 55 tahun pada 11 Desember 1982. Namun ia langsung diserahkan tugas sebagai Dewan Pertimbangan Agung (DPA) serta Sekretaris Dewan Pembina Golkar bersama dengan Cosmas Batubara, Harmoko, Abdul Gafur, dan Sapardjo. Ia juga tetap mengabdi dalam bidang akademis sebagai Dekan PTIK dan Guru Besar Ilmu Administrasi Negara di UI. Ia juga diminta memimpin Universitas Pancasila yang didirikan tahun 1984. Ia aktif di berbagai organisasi seperi Kadin, SPSI, YTKI, Permanin, Alumni Jerman, Gebu Minang, Persatuan Tarbiah Islamiah, Asosiasi Kriminologi Indonesia, dan Perhimpunan Pustakawan Indonesia. Di tingkat internasional ia diangkat sebagai Executive Committee Member dari International Association of university Presidents dan anggota EROPA. Dengan beberapa teman, ia berinisiatif mendirikan The Indonesian Executive Servise Corps. Setelah pensiun, ia terus mengabdi seperti kata pepatah: the Old Soldier Never Die.