Taufiequrachman Ruki


-----------
Irjen (Purn) Drs Taufiequrachman Ruki, SH (lahir di Rangkasbitung, Lebak, Banten, 18 Mei 1946 ) adalah politikus, mantan polisi, dan anggota DPR RI. Lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1971 ini terpilih menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia pada tanggal 16 Desember 2003. Pada tahun 2007 ia digantikan oleh Antasari Azhar sebagai Ketua KPK.

Pendidikan
Taufiequrrachman Ruki adalah lulusan terbaik Akademi kepolisian (Akpol) 1971. Ketika di PTIK ia juga lulus dengan peringkat 4 terbaik. Ia meraih sarjana hukum (S1) dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta, tahun 1987.

Karier Kepolisian
Taufiequrrachman Ruki meniti

Putut Eko Bayu Seno


Irjen Pol Drs. Putut Eko Bayu Seno, S.H. (lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 28 Mei 1961) adalah seorang perwira tinggi Polri dan pada 30 Oktober 2012 menjabat Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Kapolda Metro Jaya). Jenderal bintang dua tersebut termasuk jenderal dengan karir yang mengkilap. Karir kepempimpinan bapak tiga anak ini diawali dengan menjabat Kapolres Situbondo (2000-2001) dan kemudian menjabat Kapolres Jember selama dua tahun (2001-2003). Setelah berkarir di Kota Tembakau (Jember-red) Putut kemudian ditarik ke Mapolda Jawa Timur sebagai Koorspripim Kapolda Jawa Timur (2003-2004). Seiring naiknya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2004, Putut pun ditugaskan sebagai ajudan presiden (Pamen De SDM Polri) selama lima tahun (2004-2009).

Sjachroedin Z.P


Komjen (Purn.) Sjachroedin Z.P. (lahir di Tanjung Karang, Lampung, 7 Februari 1947) adalah Gubernur Lampung periode 2004-2008 dan 2009-2014. Pendidikan tinggi beliau selesaikan di AKABRI KEPOLISIAN Th. 1970, PTIK (Angkatan XIII), SESPIM POL, SESKO ABRI Angkatan VIII, LEMHAMNAS KSA VII, Kursus Lalulintas di Jepang, dan Kursus Intelejen di Taiwan. Selama menekuni karier di dunia kepolisian, Komjen (Purn.) Sjachroedin Z.P. memiliki pengalaman sbb: sebagai Kasat Lantas Polda Sumatera Bagian Selatan, Kapoltabes Palembang, Direktur Samapta Polda Metro Jaya, Kapolwil Bogor, Direktur Samapta Polri, Kapolda Sumatera Selatan, Kapolda Jawa Barat, dan Deputi Kapolri Bidang Operational.

Pendidikan
Akabri Kepolisian Thn. 1970

Nanan Soekarna


Komjen Pol Drs. Nanan Soekarna adalah perwira tinggi Polri yang sejak 1 Maret 2011 menjabat Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia mendampingi Jenderal Timur Pradopo. Nanan merupakan alumni terbaik Akpol 1978 (meraih Adhi Makayasa). Dia merupakan jenderal bercitra bersih dan dianggap mampu membenahi sektor internal kepolisian. Nanan pernah pula menjabat Kadiv Humas Polri (2009-2010) dan Irwasum Polri (pada 2010-2011). Saat menjabat Kapolda Kalimantan Barat, Nanan membuat gebrakan dengan menginstruksikan setiap polisi di daerahnya saat itu mengenakan pin anti korupsi yang bertajuk Saya Polisi Antikorupsi. Selain langkah fenomenalnya di Kalbar, Nanan merupakan polisi yang pernah dibina FBI di South West, Virginia, Amerika Serikat. Karirnya sempat tercoreng kala mengampu jabatan Kapolda Sumatera Utara. Kasus meninggalnya mantan Ketua DPRD Sumut (Alm.)

Sukrawardi Dahlan


Brigadir Jenderal Pol Sukrawardi Dahlan adalah seorang perwira tinggi Kepolisian Republik Indonesia.
Dia pernah menjabat Kapolda Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara.
Pendidikan
Tahun 1983 - Akademi Kepolisian
Tahun 1990 - PTIK
Tahun 1997 - Sespim Polri
Tahun 2007 - Lemhanas -

Karir
Tahun 1983 – 1984 Pa Danton Brimob, Polda Riau
Tahun 1984 – 1985 Waka Polsek Tanjung Balai, Polda Riau

Sutarman


Komjen Pol Drs. Sutarman (lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 5 Oktober 1957) merupakan Kabareskrim Mabes Polri yang aktif sejak 6 Juli 2011. Dia didapuk sebagai orang nomor satu di Bareskrim menggantikan Ito Sumardi Ds yang pensiun.
Sutarman tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Pada tahun 2000, dia adalah Ajudan Presiden RI pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian akhir 2004, dia menjabat Kapolwiltabes Surabaya, lantas berturut-turut sebagai Kapolda Kepri, Kaselapa Lemdiklat Polri, lalu Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya.

Adang Daradjatun


Komjen Pol (Purn) Adang Daradjatun (lahir di Bogor, Jawa Barat, 13 Mei 1949) adalah salah satu tokoh kepolisian Indonesia. Ia lahir di Bogor tahun 1949 sebagai putra seorang Jaksa. Jabatan terakhirnya di Polri adalah Wakil Kepala Polri dengan pangkat Komisaris Jenderal. Adang juga adalah kandidat Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2007, dimana ia didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera dan berpasangan dengan Dani Anwar dari Partai Keadilan Sejahtera, dan ia harus bersaing dengan pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto. Namun akhirnya ia kalah. Saat ini ia menjadi anggota legislatif (DPR-RI) dari dapil 3 DKI Jakarta periode 2009-2014 dengan raihan suara terbanyak

Timur Pradopo

Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo (lahir di Jombang, Jawa Timur, 10 Januari 1956) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak 22 Oktober 2010. Jenderal bintang empat alumnus Akpol 1978 ini merupakan Kapolri pengganti Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri[1].
Timur dilantik menjadi Kapolri pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2010

Bambang Hendarso Danuri

Kapolri Kesembilanbelas  [ 1 Oktober 2008 - Sekarang ]

Jenderal Polisi Drs. Bambang Hendarso Danuri, M.M. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 10 Oktober 1952 ) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) sejak 1 Oktober 2008. Beliau adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1974 dan meraih gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jakarta. Ia beristrikan Nanny Hartiningsih dan merupakan adik dari mantan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI (Purn.) Tritamtomo.

Bambang mengawali karirnya di kepolisian ketika menjadi Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat tahun 1975. Setelah itu karirnya terus melesat hingga antara lain pernah menjabat sebagai Kapolres Jayapura (1993), Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994), Kadit Serse Polda Nusa Tengggara Barat (1997), Kadit Serse Polda Bali

Sutanto

Kapolri Kedelapanbelas  [ 8 Juli 2005 - 30 September 2008 ]

Sutanto lahir di Comal, di Desa Gedeg pada tanggal 30 September 1950 dari pasangan Suryadi bin Rowowidjojo dan Suriah binti Warli. Ayah Sutanto merupakan seorang Polisi Negara yang merupakan keturunan asli Desa Gedeg. Menurut penuturan teman sepermainannya sewaktu kecil, Sutanto yang berpenampilan kalem itu ternyata pandai bermain klungsu (biji asem). Terbukti Sutanto kecil seringkali mengalahkan teman-teman sepermainan di lingkungan Desa Gedeg dalam hal dolanan klungsu. Masa kecil Sutanto antara tahun 1963 sampai 1966 banyak dihabiskan bersama budhe-nya, yaitu budhe Saryi yang tinggal di rumahnya di Desa Gedeg Rt. 07, Rw. 02, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang. Budhe Saryi (alm) sangat dekat

Da'i Bachtiar

Kapolri Ketujuhbelas  [ 29 November 2001 - 7 Juli 2005 ]
Da’i Bachtiar lahir di Kabupaten Indramayu pada tanggal 25 Januari 1950. Kehidupan desa yang masih kental dengan sifat kekeluargaan dan gotong royong membentuk kepribadiannya. Keluarga Da’i Bachtiar termasuk disegani dan dihormati didaerahnya bukan karena mengandalkan pangkat yang tinggi serta kekayaan yang melimpah ruah, melainkan didikan budi pekerti luhur, sikap tolong menolong, rasa tanggung jawab, dan kepedulian

Surojo Bimantoro

Kapolri Keenambelas  [ 23 September 2000 - 28 November 2001 ]

Suroyo Bimantoro lahir di Gombong, Kebumen Jawa Tengah pada 3 November 1964 sebagai anak kedua dari Sembilan bersaudara. Bimantoro menempuh pendidikan dasar di Banjarnegara (Banyumas) dari tahun 1953-1959. Sejak kecil Bimantoro dikenal oleh kawan-kawannya sebagai teman yang gemar belajar, oleh karena itu pada saat ujian akhir sekolah dasar ia meraih rangking II dari sekolahnya. Setelah lulus sekolah dasar, Bimantoro melanjutkan ke SLTP pada tahun

Roesdihardjo

Kapolri Kelimabelas  [ 4 Januari 2000 - 22 September 2000 ]

Jenderal Polisi Drs. Rusdihardjo lahir pada tanggal 7 Juli 1945 di Dlem Tjokrokusuman. Lahir dari pasangan suami istri G.P.H. Notoprodjo dan R. Ayu Soenarni Wongsonegoro. Rusdihardjo mulai masuk sekolah di Sekolah Dasar Margorejo, Kecamatan Tayu, Pati. Di sekolah tersebut ia belajar dari kelas I hingga kelas IV, sedangkan kelas V hingga kelas VI diselaikan di Walikukun, Ngawi, Jawa Timur. Selesai menempuh pendidikan di sekolah Dasar kemudian Rusdihardjo melanjutkan sekolah di SMP Negeri I Tangerang pada tahun 1957. Tiga tahun kemudian, ia lulus dari SMP tersebut dan

Roesmanhadi

Kapolri Keempatbelas  [ 29 Juni 1998 - 3 Januari 2000 ]

Salah satu putra terbaik bangsa Indonesia yang pernah dimiliki adalah Drs. Roesmanhadi, S.H., M.M., M. Hum. Ia adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-14, selama periode 3 Juli 1998 – 4 Januari 2000.
Sejumlah “pekerjaan rumah” yang berat telah menghadang Kapolri Letjen Polisi Drs. Roesmanhadi, S.H., M.M., M. Hum. Setelah menerima tongkat komando dari Drs. Dibyo Widodo, Roesmanhadi mencurahkan pikirannya untuk memperbaiki citra polisi. Ia pun juga harus mencari cara untuk menigkatkan kemampuan profesionalisme anggota Polri, khususnya sebagai penyidik dan mempercepat kerja sama dengan polisi luar negeri dan lembaga lain.Korps pimpinan Roesmanhadi ini tengah menghadapi masyarakat yang kian gencar menuntut polisi agar dapat

Dibyo Widodo

Kapolri Ketigabelas  [ 15 Maret 1996 - 28 Juni 1998 ]

Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo merupakan salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa Indonesia, dan menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-13. Awal kariernya di bidang kepolisian merupakan sebuah pilihan hidup, karena sebelum diterima sebagai taruna Akademi Angkatan Kepolisian, ia lebih dulu diterima menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Karier lulusan Taruna Akpol tahun 1968 ini terus menanjak, dan untuk mencapai posisi puncak di jajaran Kepolisian Republik Indonesia, ia harus
melewati 32 jenjang jabatan, dimulai dari Kepolisian Sektor Medan Baru sampai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya, hingga

Banurusman A.

Kapolri Keduabelas  [ 6 April 1993 - 14 Maret 1996 ]

Banurusman lahir pada tanggal 28 September 1941 di Desa Cibeuti, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Kota Tasikmalaya, dari pasangan suami isteri Abdul Wahid Astrosemitro dan Hj. Siti Maryam Abdul Wahid. Keluarga Banurusman adalah potret keluarga polisi yang sederhana. Ayah Banurusman adalah seorang anggota Polri yang berasal dari kota Bangkalan, Madura. Sebagai keluarga polisi Abdul Wahid sudah pasti menerapkan serta menanamkan nilai-nilai disiplin yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain nilai-nilai disiplin, Banurusman juga mendapat dasar-dasar ilmu agama dari pesantren yang banyak terdapat dilingkungan sekitarnya di kota Tasikmalaya. Gemblengan ilmu agama di pesantren tersebut sangat kuat dalam kehidupan pribadi banurusman ataupun keluarga.

Kunarto

Kapolri Kesebelas  [ 20 Februari 1991 - 5 April 1993 ]

Kunarto lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1940. Anak dari pasangan Ahmad Djohar dan Parimah ini sejak sekolah dasar sudah bercita-cita untuk menjadi polisi. Tahun 1960 Kunarto berhasil diterima di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, setelah kurang lebih enam bulan menganggur setamatnya dari SMA. Kunarto adalah seseorang yang tidak pernah patah semangat dan memiliki kemauan yang kuat untuk selalu belajar dan sekaligus ingin menunjukkan bahwa ia mampu berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Pada 21 Oktober 1967 Kunarto menyunting seorang gadis kelahiran Yogyakarta bernama Warsiyah, dari pernikahannya ini Kunarto dikaruniai dua anak, yaitu Rinoadi Kuswaryanto dan Hariadi Kuswarjono.

Moch. Sanoesi

Kapolri Kesepuluh  [ 7 Juni 1986 - 19 Februari 1991 ]

Salah seorang Putra terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia adalah Jenderal Polisi Drs.H.Mochamad Sanoesi. Ia merupakan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-10 yang menjabat mulai dari 18 Juni 1986 sampai 28 Februari 1991.
Mochamad Sanoesi dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 15 Februari 1935, dari pasangan Suami isteri bernama Mochamad Ropik dan Siti Utih. Sanoesi menjalani masa kecil dan masa remajanya di Kota Bogor, dan dibesarkan oleh lingkungan yang sangat mencintainya. Sanoesi memulai jenjang pendidiknnya pada tahun 1942 yaitu dengan masuk sekolah rakyat di Bogor, pada tahun 1852, Sanoesi lulus SMP dan di tahun 1955 Sanoesi dinyatakan lulus sekolah Menengah Atas.

Anton Soedjarwo

Kapolri Kesembilan   [ 4 Desember 1982 - 6 Juni 1986 ]

"...kita harus tunjukkan bahwa kita mau dan bisa bekerja di situasi dan kondisi apa pun."
(Anton Soedjarwo)
Kehidupan Jenderal Polisi Anton Soedjarwo dipenuhi perjuangan tanpa henti-henti. Hal ini dimulai dari bergabungnya ia dengan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Kala itu, pemuda Soedjarwo tengah mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertanian di Purworedjo. Soedjarwo dkk yang berbasis di wilayah Banjarnegara, Purwokerti dan Banyuman dengan gagah berani bergerilya ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Pertama 20 Juli 1947. Kala itulah nama Anton mulai melekat pada diri Soedjarwo dan selanjutnya beliau dikenal dengan Anton Soedjarwo. Pemberian nama Anton itu adalah salah satu taktik dari perang gerilya kala itu.

Awaloedin Djamin

Kapolri Kedelapan   [ 26 September 1978 - 3 Desember 1982 ]

"... Bila sekarang ada satu Bung Hatta dan satu Sutan Syahrir, di masa yang akan dating akan ada beratus-ratus Hatta dan beribu-ribu Syahrir."
(Awaloedin Djamin)
Awaloedin Djamin menghabiskan masa kecil dan sekolah dasar hingga menengah atasnya di kota Padang. Awaloedin adalah sosok yang cukup punya banyak kelebihan. Selain sebagai polisi yang piawai, ia juga adalah politisi yang handal dan akademisi yang briliant. Ia lahir dari keluarga bangsawan di Padang pada 26 September 1927. Sehabis meyelesaikan pendidikan setingkat SMA di Padang, ia melanjutkan studinya di Universitas Indonesia, Jakarta (1949-1950) Putra pertama Marah Djamin ini lantas masuk PTIK yang ditamatkannya pada tahun 1955. Fokus pemikiran dan kerjanya saat menjabat sebagai Kapolri adalah pembenahan menyeluruh (Overall reform) untuk meningkatkan citra dan wibawa Polri di mata masyarakat. Ia melakukanya dengan kebijakan terpadu yang dikenal dengan “Program Pembenahan dan Peningkatan Citra Diri”.

Widodo Budidarmo

Kapolri Ketujuh   [ 25 Juni 1974 - 25 September 1978 ]

Jenderal Polisi Drs. Widodo Budidarmo dilahirkan pada 1 September 1927 di Kapaskrampung, Surabaya. Ayahnya bernama Budidarmo dan ibunya bernama Poedjiastoeti. Pada usia 7 tahun, Widodo Budidarmo dimasukkan sekolah Mardiguno di wilayah antara Ploso Bogen dan Pacar Keling, Surabaya. Ia bersekolah di Mardiguno hingga kelas tiga, kemudian oleh orang tuanya dipindahkan ke HIS Kristen (Christelijk Hollandsche Inlandsche School) di jalan Ambengan. Widodo Budidarmo menamatkan sekolah dasarnya pada tahun 1941. Kemudian ia melanjutkan sekolah di Koningen Emma School (KES), yakni sekolah teknik menengah di daerah Sawahan Surabaya. Di sekolah tersebut, ia memilih jurusan teknik mesin. Semasa mengikuti pelajaran di sekolah KES, Jepang masuk Indonesia, sehingga KES diubah menjadi Kogyo Gakko.

Mohammad Hasan

Kapolri Keenam   [ 3 Oktober 1971 - 24 Juni 1974 ]

Jenderal Polisi Drs. Mohamad Hasan lahir di daerah Muara Dua, Sumatera Selatan pada 20 Maret 1920. Ayahnya bernama Haji Ahmad bin Hasan dan ibunya Hajah Mariyatul Koptiah binti Pangeran Abdul Holik. Mohamad Hasan merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara. Berasal dari keluarga yang terpandang, karena Ayahnya adalah seorang yang bekerja sebagai demang pemerintahan Hindia Belanda, membuat Mohamad Hasan dapat mengenyam pendidikan di sekolah pemerintah Hindia Belanda. Pendidikan pertama yang ditempuh oleh Mohamad Hasan adalah Hollands Inlandsche School (HIS). Selanjutnya, Mohamad Hasan meneruskan sekolahnya ke Meer Uitgetabreid Lager Onderwijs (MULO) di kota Palembang.

Hoegeng Imam Santoso

Kapolri Kelima   [ 9 Mei 1968 - 2 Oktober 1971 ]

Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso merupakan salah satu putra terbaik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Ia merupakan Kapolri ke-V yang dilantik pada 1 Mei 1968 menggantikan Panglima Angkatan Kepolisian Jenderal Polisi M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo.Hoegeng Iman Santoso merupakan putra sulung dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan Oemi Kalsoem. Beliau lahir pada 14 Oktober 1921 di Kota Pekalongan. Meskipun berasal dari keluarga Priyayi (ayahnya merupakan pegawai atau amtenaar Pemerintah Hindia Belanda), namun perilaku Hoegeng kecil sama sekali tidak menunjukkan kesombongan, bahkan ia banyak bergaul dengan anak-anak dari lingkungan biasa. Hoegeng sama sekali tidak pernah mempermasalahkan ningrat atau tidaknya seseorang dalam bergaul.Masa kecil Hoegeng diwarnai dengan kehidupan yang sederhana karena ayah Hoegeng tidak memiliki rumah dan tanah pribadi,

M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo

Kapolri Keempat   [ 9 Mei 1965 - 8 Mei 1968 ]

Jenderal Polisi M. Ng. Soeptjipto Joedodihardjo lahir 27 April 1917 di Jember, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga pamong praja yang sederhana. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan M. Ng. Mochamad Joesoef dan Habibah Joedodihardjo. Adik perempuannya bernama Kamariyah. Berangkat dari keluarga yang taat beragama, membentuk sosoknya yang jujur, sabar dan bertanggung jawab. Ia adalah Kapolri (yang kala itu masih bernama Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian—Men/Pangak) yang keempat sejak kemerdekaan Indonesia. Bisa disebut, ia adalah Kapolri (Men/Pangak) dua zaman; zaman Orde Lama dan Orde Baru.Zaman ketika terjadi transisi dari kedua Orde itu. Ia menjadi Men/Pangak dalam masa yang penuh gejolak dan berbagai peristiwa penting.Pendidikannya diselesaikannya dengan baik walau pun tidak mulus, melainkan menempuh banyak rintangan.

Soetjipto Danoekoesoemo

Soetjipto Danoekoesoemo
--------
Inspektur Jenderal Soetjipto Danoekoesoemo (lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 28 Februari 1922; umur 89 tahun) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dari 30 Desember 1963 hingga 8 Mei 1965.Masa kecilnya dihabiskan di bangku HIS, MULO dan SMA-C. Ia kemudian mengikuti pendidikan di Kotoka I (Sekolah Bagian Tinggi Kepolisian) Sukabumi (1943). Setelah tamat, Danoekoesoemo diangkat menjadi Komandan Batalyon Polisi Istimewa Sura-baya(1945).Soetjipto kembali mengikuti pendidikan Hersholing Mobrig di Sukabumi (1950). Setelah itu, ia diangkat menjadi Wakil Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Polisi Jawa Timur (1951), dan Wakil Koordinator dan Inspektur Mobrig Polisi Jawa Tengah (1954).

Soekarno Djojonegoro


Soekarno Djojonegoro
------------
Komisaris Polisi Raden Soekarno Djojonegoro (lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, 15 Mei 1908 – meninggal di Jakarta, 27 November 1975 pada umur 67 tahun) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (dulu bernama Kepala Kepolisian Negara) dari 15 Desember 1959 hingga 29 Desember 1963.

Awal hidup dan karier
Ia adalah anak keempat Bupati Banjarnegara, Raden Adipati Djojonagoro II. Karier kepolisiannya dimulai pada tahun 1928, setelah ia menamatkan pendidikannya di Osvia. Jabatan pertamanya adalah AIB di Jatibarang. Ia kemudian menjadi Mantri Polisi Residen Jepara Rembang (1931),

Soekanto Tjokrodiatmodjo


Soekanto Tjokrodiatmodjo
------------
Komisaris Jenderal (Pol.) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (lahir di Bogor, Jawa Barat, 7 Juni 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Agustus 1993 pada umur 85 tahun) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri; dulu bernama Kepala Djawatan Kepolisian Negara) pertama, menjabat dari 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959.
Soekanto adalah mertua dari Sawito Kartowibowo, seorang tokoh yang namanya mencuat pada tahun 1976 dalam Perkara Sawito. Namanya diabadikan dalam nama sebuah rumah sakit di Jakarta, Rumah Sakit Polri Soekanto di Kramat Jati.
Ia diberhentikan Sebagai Kapolri pada tahun 1959 oleh Presiden Soekarno, akibat penolakannya atas Penggabungan